Konsepsi Manusia Seutuhnya
Konsepsi manusia seutuhnya merupakan konsepsi ideal kemanusiaan
yang terletak pada pengertian kemandiriannya, bahwa manusia dengan keutuhan
unsur-unsurnya akan memiliki nilai diri yang spesifik. Kemandirian bukan
berarti menyendiri atau serba sendiri.
Seseorang yang mandiri adalah seseorang yang berhasil membangun
nilai dirinya sedemikian sehingga mampu menempatkan perannya dalam alam
kehidupan kemanusiaannya dengan penuh manfaat. Kemandirian seseorang dapat
terukur misalnya dengan sejauh mana kehadiran dirinya memberikan manfaat kearah
kesempurnaan dalam sistemnya yang lebih luas.
Berdasarkan observasi empirik atas unsur-unsur pembentuknya,
deskripsi ringkas upaya pembentukan manusia seutuhnya dapat dikemukakan sebagai
berikut :
Secara fisik manusia ditunjukkan oleh kebadanannya, yaitu tubuh
dari kehidupannya. Badan hidup ini bersifat khas dan berbeda dari tumbuhan
maunpun binatang karena memiliki kesadaran dan kemampuan berfikir dalam bentuk
penalaran rasional dan emosional. Dengan hidup dan penalarannya manusia tidak
menjadi individualis yang mengisolasi diri, melainkan membangun kemampuannya
untuk berkomunikasi dengan lingkungan alam, kehidupan dan kemanusiaannya membentuk masyarakat
kemanusiaan. Masyarakat manusia ini ternyata kemudian mampu membangun
tatakrama etika peradabannya. Raihan atas nilai luhur etika ini menempatkan
manusia pada posisi terhormat dalam lingkungannya, sesuai dengan hidayah yang
Maha Kuasa mampu meraih takwa, menyadari keberadaannya sebagai khalifatullah
fil ardhi.
Kebalikan dari upaya pembentukan unsur keutuhan kemanusiaan di
atas, dapat dikemukakan dalam deskripsi pengamatan empiris pemberian nilai
kemanusiaan yang seutuhnya sebagai berikut :
Pancaran cahaya
ketakwaan seseorang nampak dari wajah dan tubuhnya sehingga mampu ditangkap dan
mempertemukannya dengan manusia yang bertakwa pula. Selanjutnya diungkapkan
pula dalam kenyataan nilai etika seseorang sebagai moralitas tatakrama dan
sopan santunnya yang membuka jalan bagi dirinya untuk melakukan komunikasi dan
pergaulan di dalam masyarakat. Lebih lanjut keberhasilan
berkomunikasi akan membuka jalan bagi dirinya untuk bertukar pikiran membahas
pengertian tentang sesuatu sesuai dengan tingkat penalarannya. Bila berhasil
dicapai kesefahaman maka sesuatu yang dibahas ini akan menjadi bentuk nyata
kegiatan fisik, wahana kerja sama dan terapan iptek.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar