konsepsi manusia dalam al-quran dan sigmund Frued
A. Pendahuluan
Berpangkal
pada kenyataan bahwa kepribadian manusia itu sangat bermacam-macam sekali,
mungkin sama banyaknya dengan banyaknya orang, segolongan ahli berusaha
menggolong - golongkan manusia ke dalam tipe - tipe tertentu, karena mereka
berpendapat bahwa cara itulah paling efektif untuk mengenal sesama manusia
dengan baik. Pada sisi lain, sekelompok ahli berpendapat, bahwa cara bekerja
seperti dikemukakan di atas itu tidak memenuhi tujuan psikologi kepribadian,
yaitu mengenal sesama manusia menurut apa adanya, menurut sifat-sifatnya yang
khas, karena dengan penggolongan ke dalam tipe-tipe itu orang justru menyembunyikan
kekhususan sifat-sifat seseorang.
Berbicara
dan berdiskusi tentang manusia selalu menarik. Karena selalu menarik, maka
masalahnya tidak pernah selesai dalam artian tuntas. Pembicaraan mengenai
makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai.
Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia (Rif'at Syauqi Nawawi, 1996 : 1).
sebagai contoh, serangan yang dilakukan rezim zionis Israel ke Jalur Gaza
beberapa waktu yang lalu. Ribuan manusia di Gaza menjadi korban dalam kejahatan
tersebut, sementara yang melakukan pembantaian itu adalah tentara zionis Israel
yang juga manusia. lantas bagaimana sesungguhnya watak dasar dan tabiat makhluk
yang bernama manusia dan siapakah manusia itu? Dan bagaimana menentukan konsep
kepribadian manusia yang berkualitas bagi dirinya, masyarakat, alam dan mahluk
ciptaan Allah SWT.
B. Konsep – konsep tentang manusia
Siapakah
manusia itu? Pertanyaan ini nampaknya amat sederhana, tetapi tidak mudah
memperoleh jawaban yang tepat. Biasanya orang menjawab pertanyaan tersebut
menurut latar belakangnya, Plato. Ia memandang manusia terdiri dari jiwa dan
tubuh. Dua elemen manusia ini memiliki esensi dan karakteristik yang berbeda.
Jiwa adalah zat sejati yang berasal dari dunia sejati, dunia idea. Jiwa tertanam
dalam tubuh manusia. sementara tubuh manusia adalah zat semu yang akan hilang
lenyap bersamaan dengan kematian manusia. sedangkan ide tetap abadi. Sesuatu
yang abadi terperangkap di dalam sesuatu yang fana, itulah nasib jiwa.
Aristoteles ia memandang manusia sebagai satu kesatuan.
Tubuh dan jiwa adalah satu substansi. Perbedaan keduanya bukan perbedaan
esensial. Ketidakbebasan manusia bukan dalam kondisi terpenjaranya jiwa oleh
badan melainkan ketidakmampuan mereka menggunakan keseluruhan sistem psiko-fisik
dalam memahami alam semesta dan ketidakmampuan mengembangkan dirinya dalam
kehidupan sehari-hari,termasuk kehidupan social.
Psikoanalisa.
Sigmund Freud adalah salah satu tokoh psikologi yang memandang manusia sebagai
makhluk deterministik, dengan kata lain ia melihat manusia tidak bebas.
Kepribadian manusia terdiri dari dua bagian yaitu kesadaran dan ketidaksadaran.
Banyak perilaku manusia yang dipengaruhi oleh ketidaksadarannya. Menurut Freud
pada bagian ketidaksadaran ini diisi oleh dorongan-dorongan instingtif bersifat
primitif yang menggerakkan manusia untuk mendapatkan kenikmatan. . Jadi dalam
pandangan Freud, manusia terutama digerakkan oleh instingnya.
Psikologi
Behaviorisme. tokoh behaviorisme yang terkenal adalah J.B. Watson dan B.F.
Skinner. memandang manusia sebagai hasil pembiasaan stimulus-respons.
Lingkungan berperan penting dalam menentukan kepribadian seseorang. jadi
Manusia adalah makhluk pasif yang menerima bentukan dari lingkungan.
Psikologi
Humanistik. Carls Rogers dan Abraham Maslow memandang manusia sebagai makhluk
yang bebas dengan kehendak untuk mengaktualisasi potensi-potensinya. Sejak
lahir manusia memiliki potensi-potensi yang dapat dikembangkannya sendiri. Yang
menentukan akan jadi apa dia adalah dirinya sendiri dengan bantuan fasilitas
dari lingkungan. Manusia pada tingkat tertentu bertingkah laku. Ia mencintai
karena memiliki potensi mencintai, bekerja karena memiliki potensi bekerja dan
sebagainya.
Pandangan
Erich Fromm. Ia melihat kondisi eksistensial manusia sebagai makhluk dilematik.
Manusia sebagai pribadi sekaligus bagian dari alam, sebagai binatang dan
sekaligus manusia. Manusia berkembang dengan mengaktualisasi
potensi-potensinya, tetapi seberapa jauh aktualisasi potensi dan perkembangan
manusia dapat dicapai, juga dipengaruhi seberapa fasilitatifnya lingkungan
tempat ia hidup.
Pandangan
Islam. Al-Qur'an, mendudukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah berupa
jasmani dan rohani. Al-Qur'an memberi acuan konseptual yang sangat mapan dalam
memberi pemenuhan kebutuhan jasmani dan ruhani agar manusia berkembang secara
wajar dan baik. Dari ayat-ayat al-qur’an dapat disimpulkan bahwa manusia adalah
makhluk fungsional yang bertanggung jawab. Pada surat al-Mu'minun ayat 115
Allah bertanya kepada manusia sebagai berikut : "Apakah kamu mengira bahwa
kami menciptakan kamu sia-sia, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada
kami?
Dari ayat
ini, menurut Ahmad Azhar Basyir, terdapat tiga penegasan Allah yaitu [1]
manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan, [2] manusia diciptakan tidak sia-sia,
tetapi berfungsi, dan [3] manusia akhirnya akan dikembalikan kepada Tuhan,
untuk mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang dilakukan pada waktu hidup di
dunia ini, dan perbuatan itu tidak lain adalah realisasi daripada fungsi
manusia itu sendiri.
C. Ciri – Ciri Manusia
Berdasarkan prespektif al – quran, tentang ayat – ayat yang
membicarakan manusia, maka dapat di ambil kesimpulan :
1. Manusia adalah mahluk yang
memiliki raga dan bentuk yang sangat baik. ( Qs: At-taghobun/64:3, Qs:
At-tin/95:4 )
2. Manusia sejak awal memiliki fitrah yang baik.
3. Manusia memiliki ruh ( Qs: Al-isra’/17:85 ). Jadi tingkah laku manusia merupakan akibat interaksi manusia antara ruh dengan jasad.
4. Manusia memiliki kebebasan untuk berkemauan dan berkehendak, seperti :
a. Bebas memilih tingkah laku
b. Bebas melakukan kebaikan atau keburukan
5. Memiliki akal ( daya pikir yang terdapat dalam jiwanya )
6. Memiliki nafsu
2. Manusia sejak awal memiliki fitrah yang baik.
3. Manusia memiliki ruh ( Qs: Al-isra’/17:85 ). Jadi tingkah laku manusia merupakan akibat interaksi manusia antara ruh dengan jasad.
4. Manusia memiliki kebebasan untuk berkemauan dan berkehendak, seperti :
a. Bebas memilih tingkah laku
b. Bebas melakukan kebaikan atau keburukan
5. Memiliki akal ( daya pikir yang terdapat dalam jiwanya )
6. Memiliki nafsu
Selain itu, al-Qur'an juga menyebutkan sifat-sifat kelemahan dari manusia. Manusia banyak dicela, manusia dinyatakan luar biasa keji dan bodoh. Qur'an mencela manusia disebabkan kelalaian manusia akan kemanusiaannya, kesalahan manusia dalam mempersepsi dirinya, dan kebodohan manusia dalam memanfaatkan potensi fitrahnya sebagai khalifah Allah di muka bumi ini. al-Qur'an juga mengingat manusia yang tidak menggunakan potensi hati, potensi mata, potensi telinga, untuk melihat dan mengamati tanda-tanda kekuasaan Allah. Untuk itu, manusia yang diciptakan Allah sebagai makhluk yang paling canggih, mampu menggunakan potensi yang dimilikinya dengan baik, yaitu mengaktualisasikan potensi iman kepada Allah, menguasai ilmu pengetahuan, dan melakukan aktivitas amal saleh, maka manusia akan menjadi makhluk yang paling mulia dan makhluk yang berkualitas di muka bumi ini seseuai dengan rekayasa fitrahnya.
D. Kepribadian Manusia
Banyak ahli
yang telah merumuskan definisi kepribadian berdasarkan paradigma yang mereka
yakini dan focus analisis dari teori yang mereka kembangkan. Salah satu yang
paling penting menurut Gordon W.Allport. Kepribadian adalah suatu organisasi
yang dinamis dari sistem psiko fisik indvidu yang menentukan tingkah laku dan
pemikiran indvidu secara khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik mengarahkan
tingkah laku manusia. Maksud dinamis pada pengertian tersebut adalah perilaku
mungkin saja berubah-ubah melalui proses pembelajaran atau melalui
pengalaman-pengalaman, reward, punishment, pendidikan dsb. Misalnya seorang
pemalas setelah masuk AKPER menjadi rajin, maka kepribadiannya berubah.
Perilaku SMA berubah menjadi perilaku mahasiswa AKPER.
Kepribadian
adalah semua corak perilaku dan kebiasaan individu yang terhimpun dalam dirinya
dan digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsangan
baik dari luar maupun dari dalam. Corak perilaku dan kebiasaan ini merupakan
kesatuan fungsional yang khas pada seseorang. Perkembangan kepribadian tersebut
bersifat dinamis, artinya selama individu masih bertambah pengetahuannya dan
mau belajar serta menambah pengalaman dan keterampilan, mereka akan semakin
matang dan mantap kepribadiannya (Depkes, 1992). Jadi yang disebut kepribadian
itu sebetulnya adalah campuran dari hal-hal yang bersifat psikologis, kejiwaan
dan juga yang bersifat fisik. Dalam ilmu keperawatan hal ini dikenal dengan
istilah holistic (Biopsikososiospiritual).
Berdasarkan aspek biologis :
Berdasarkan aspek biologis, Hipocrates membagi kepribadian
menjadi 4 kelompok besar dengan fokus pada cairan tubuh yang mendominasi dan
memberikan pengaruh kepada individu tersebut. ( 4 jenis cairan tubuh),
pembagiannya meliputi : empedu kuning (choleris), empedu hitam (melankolis),
cairan lendir (flegmatis) dan darah (sanguinis). Sedangkan Menurut Shelldon dan
Kretchmer kepribadian didasarkan pada (bentuk tubuh) : endomorf, mesomorf dan
ektomorf. Kepribadian menurut hipocrates mendasarkan pada reaksi tubuh atau
dampak fisiologis tubuh akibat dari adanya 4 kelompok cairan tubuh
Berdasarkan aspek psikologis :
Menurut Jung kepribadian dikategorikan menjadi ; introvert
dan ekstrovert, sedangkan Heymans membagi menjadi : emosialitet, aktivitet dan
sekunder.
John L Holland, seorang praktisi yang mempelajari hubungan
antara kepribadian dan minat pekerjaan, mengemukakan bahwa ada enam tipe atau
orientasi kepribadian pada manusia.
1. Tipe realistik .
1. Tipe realistik .
Menyukai pekerjaan yang sifatnya konkret, yang melibatkan
kegiatan sistematis, seperti mengoperasikan mesin, peralatan. Tipe seperti ini
tidak hanya membutuhkan keterampilan, komunikasi, atau hubungan dengan orang
lain, tetapi dia memiliki fisik yang kuat. Bidang karier yang cocok, yaitu
perburuhan, pertanian, barber shop, dan konstruski.
2. Tipe intelektual/investigative .
2. Tipe intelektual/investigative .
Menyukai hal-hal yang teoritis dan konseptual, cenderung
pemikir daripada pelaku tindakan, senang menganalis, dan memahami sesuatu.
Biasanya menghindari hubungan sosial yang akrab. Tipe ini cocok bekerja di
laboratorium penelitian, seperti peneliti, ilmuwan, ahli matematika.
3. Tipe sosial.
3. Tipe sosial.
Senang membantu atau bekerja dengan orang lain. Dia
menyenangi kegiatan yang melibatkan kemampuan berkomunikasi dan ketrampilan
berhubungan dengan orang lain, tetapi umumnya kurang dalam kemampuan mekanikal
dan sains. Pekerjaan yang sesuai, yaitu guru/pengajar, konselor, pekerja
sosial, guide, dan bartender.
4. Tipe konvensional.
Menyukai pekerjaan yang terstruktur atau jelas urutannya,
mengolah data dengan aturan tertentu. Pekerjaan yang sesuai, yaitu sekretaris,
teller, filing, serta akuntan.
5. Tipe usaha/enterprising.
5. Tipe usaha/enterprising.
Cenderung mempunyai kemampuan verbal atau komunikasi yang
baik dan menggunakannya untuk memimpin orang lain, mengatur, mengarahkan, dan
mempromosikan produk atau gagasan. Tipe ini sesuai bekerja sebagai sales,
politikus, manajer, pengacara atau agensi iklan.
6. Tipe artistik .
6. Tipe artistik .
Cenderung ingin mengekspresikan dirinya, tidak menyukai
struktur atau aturan, lebih menyukai tugas-tugas yang memungkinkan dia
mengekspresikan diri. Karier yang sesuai, yaitu sebagai musisi, seniman, dekorator,
penari, dan penulis.
Anggapan-anggapan dasar tentang manusia yang mempengaruhi
atau mewarnai teori-teori kepribadian adalah sebagai berikut.
1. Kebebasan – ketidak bebebasan
2. Rasionalitas – irasionalitas
3. Holisme – elementalisme
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
5. Berubah – tidak berubah
6. Subjektivitas – objektivitas
7. Proaktif – reaktif
8. Homeostatis – heterostatis
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
2. Rasionalitas – irasionalitas
3. Holisme – elementalisme
4. Konstitusionalisme – environmentalisme
5. Berubah – tidak berubah
6. Subjektivitas – objektivitas
7. Proaktif – reaktif
8. Homeostatis – heterostatis
9. Dapat diketahui – tidak dapat diketahui
Manusia
pribadi terdiri dari kesatuan unsur jasmani dan rohani, Unsur yang ada pada
diri pribadi manusia merupakan kesatuan, meskipun masing-masing berbeda, tetapi
tidak dapat dipisahkan satu dari yang lain. fungsi manusia terhadap diri
pribadi yaitu memenuhi kebutuhan-kebutuhan unsur-unsur tersebut secara
menyeluruh agar kebutuhan pribadi tetap terjaga. Dalam memenuhi unsur-unsur
jasmani dan rohani, harus dijaga jangan sampai terjadi saling bertentangan satu
dengan lainnya. Pertentangan yang terjadi dalam diri manusia akan mengakibatkan
kegoncangan-kegoncangan, akhirnya manusia akan stres, labil, tidak tenang.
Apabila sudah terjadi stres, labil, dan tidak tenang pada diri manusia, maka
manusia akan mencoba mencari jalan keluar untuk mengobati dirinya, dan
kadang-kadang alternatif pengobatannya tidak sesuai dengan norma-norma ajaran
agama.
Manusia
sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap masyarakatnya. Fungsi manusia
terhadap masyarakat ditegakan atas dasar rasa yang tertanam dalam bahwa umat
manusia merupakan keluarga besar, berasal dari satu keturunan Adam dan Hawa,
dan dijadikan Allah berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar mereka saling
interaksi untuk saling mengenal, tolong menolong dalan berbuat kebaikan dan
bertaqwa. Fungsi manusia terhadap masyarakat terbangun atas dasar sifat sosial
yang dimiliki manusia, yaitu adanya kesedian untuk selalu melakukan interaksi
dengan sesamanya.
Fungsi
manusia terhadap alam adalah bagaimana manusia memanfaatkan potensi alam untuk
mencukupkan kebutuhan hidup manusia. Dalam memenuhi fungsi manusia terhadap
alam, hendaknya selalu diusahakan agar keselamatan manusia tidak terganggu.
Tidak memanfaatkan potensi alam secara berlebih-lebihan, agar generasi
mendatang masih dapat menikmatinya, karena potensi alam terbatas [Ahmad Azhar
Basyir, 1985 : 16]. Beribadah kepada
Allah yang menjadi fungsi manusia terhadap Allah baik dalam bentuknya umum
maupun dalam bentuk khusus. Ibadah dalam bentuk umum ialah melaksanakan hidup
sesuai ketentuan-ketentuan Allah, Dalam bidang 'aqidah, fungsi manusia terhadap
Allah adalah meyakini bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah.
Bertuhan kepada Allah adalah sesuai sifat dasar manusia yaitu sifat relegius,
tetapi sifat "hanief" yang ada pada manusia membuat manusia harus
condong kepada kebenaran yaitu mentauhidkan Allah.
E. Faktor – faktor yang mempengaruhi kepribadian :
1. Faktor genetik
Dari beberapa penelitian bayi-bayi baru lahir mempunyai
temperamen yang berbeda, Perbedaan ini lebih jelas terlihat pada usia 3 bulan.
Perbedaan meliputi: tingkat aktivitas, rentang atensi, adaptabilitas pada
perubahan lingkungan. Sedangkan menurut hasil riset tahun 2007 kazuo Murakami
di Jepang menunjukan bahwa gen Dorman bisa distimulasi dan diaktivasi pada diri
seseorang dalam bentuk potensi baik dan potensi buruk.
2. Faktor lingkungan
Perlekatan (attachment): kecenderungan bayi untuk mencari
kedekatan dengan pengasuhnya dan untuk merasa lebih aman dengan kehadiran
pengasuhnya dapat mempengaruhi kepribadian. Teori perlekatan (Jhon Bowlby)
menunjukkan : kegagalan anak membentuk perlekatan yang kuat dengan satu orang
atau lebih dalam tahun pertama kehidupan berhubungan dengan ketidakmampuan membentuk
hubungan dengan orang lain pada masa dewasa (Bowlby , 1973).
3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
3. Faktor stimulasi gen dan cara berpikir
Berdasarkan penelitian akhir 2007, yang dilakukan oleh Kazuo
Murakami, Ph.D dari Jepang dalam bukunya The Divine message of the DNA.
Menyimpulkan bahwa kepribadian sepenuhnya dikendalikan oleh gen yang ada dalam
sel tubuh manusia. Gen tersebut ada yang bersipat Dorman (tidur) atau tidak
aktip dan yang bersipat aktip. Bila kita sering menyalakan gen yang tidur
dengan cara positif thinking maka kepribadian dan nasib kita akan lebih baik.
Jadi genetik bukan sesuatu yang kaku, permanen dan tidak dapat dirubah. Ada
beberapa ahli yang beranggapan bahwa segalanya telah diprogram dalam genetik.
Beberapa ahli lain menyatakan bahwa faktor belajar dan lingkungan memegang
peranan yang sangat menentukan. Perpaduan kedua faktor itu dinamakan Anna
Anastasia, dimana keduanya membentuk kepribadian manusia.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan kepribadian. Perkembangan kepribadian individu menurut Freud, dipengauhi oleh kematangan dan cara-cara individu mengatasi ketegangan. Menurut Freud, kematangan adalah pengaruh asli dari dalam diri manusia. Ketegangan dapat timbul karena adanya frustrasi, konflik, dan ancaman. Upaya mengatasi ketegangan ini dilakukan individu dengan : identifikasi, sublimasi, dan mekanisme pertahanan ego.
Tahap-tahap perkembangan kepribadian Menurut Freud, kepribadian individu telah terbentuk pada akhir tahun ke lima, dan perkembangan selanjutnya sebagian besar hanya merupakan penghalusan struktur dasar itu. Selanjutnya Freud menyatakan bahwa perkembangan kepribadian berlangsung melalui 5 fase, yang berhubungan dengan kepekaan pada daerah-daerah erogen atau bagian tubuh tertentu yang sensitif terhadap rangsangan.
Ke lima fase perkembangan kepribadian adalah sebagai berikut
(Sumadi Suryabrata, 2005 : 172-173).
1) Fase oral (oral stage): 0 sampai kira-kira 18 bulan. Bagian tubuh yang sensitif terhadap rangsangan adalah mulut.
2) Fase anal (anal stage) : kira-kira usia 18 bulan sampai 3
tahun. Pada fase ini bagian tubuh yang sensitif adalah anus.
3) Fase falis (phallic stage) : kira-kira usia 3 sampai 6
tahun. Bagian tubuh yang sensitif pada fase falis adalah alat kelamin.
4) Fase laten (latency stage) : kira-kira usia 6 sampai
pubertas. Pada fase ini dorongan seks cenderung bersifat laten atau tertekan.
5) Fase genital (genital stage) : terjadi sejak individu
memasuki pubertas dan selanjutnya. Pada masa ini individu telah mengalami kematangan
pada organ reproduksi.
Manusia dikatakan sebagai makhluk yang pandai menciptakan
bahasa untuk menyatakan fikiran dan perasaan, sebagai makhluk yang mampu
membuat alat-alat, sebagai makhluk yang dapat berorganisasi sehingga mampu
memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan manusia, sebagai makhluk yang suka
bermain, dan sebagai makhluk yang beragama.
Djamaludin Ancok [1998:12], mengutip Hartanto [1997], Raka
& Hendroyuwono [1998], ada empat kapital, yaitu kapital intelektual
[intelect capital], kapital sosial [social capital], kapital lembut [soft
capital], dan kapital spritual [spritual capital]. menjadi sifat penentu dalam
pembentukan kepribadian manusia, yaitu kualitas iman, ilmu pengetahuan,
kualitas amal saleh, dan kualitas sosial.
1. Kualitas Iman
Keimanan merupakan kebutuhan hidup manusia, menjadi pegangan
keyaninan dan motor penggerak untuk perilaku dan amal (aktivitas kerja)
manusia. Iman sebagai syarat utama dalam mencapai kesempurnaan atau insan
utama, dan merupakan langkah awal untuk menuju keshalihan dan mewujudkan
perilaku, amal saleh dan pengorbanan manusia bagi pengabdian kepada Allah,
karena iman juga sangat terkait dengan amal saleh. Manusia akan berperilaku,
bekerja, dan bermasyarakat sesuai dengan fitrah kejadiannya yang condong kepada
hanief.
2. Kualitas Intelektual
2. Kualitas Intelektual
Ilmu pengetahuan dibutuhkan manusia guna menopang
kelangsungan peradabannya, ilmu yang dimiliki manusia menghantarkan manusia
ketingkat martabat yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan makhluk ciptaan
Allah yang lain. Al-Qur'an, memberikan derajat yang tinggi bagi manusia yang
memiliki ilmu pengetahuan, dan memberikan perbedaan yang jelas antara manusia
yang memiliki ilmu pengetahuan dan yang tidak memiliki ilmu pengatahuan.
Djamaludin Ancok [1998:12], mengatakan bahwa "kapital intelektual adalah
perangkat yang diperlukan untuk menemukan peluang dan mengelola ancaman dalam
kehidupan.
3. Kualitas Amal Saleh
3. Kualitas Amal Saleh
Amal saleh adalah pembentukan kualitas manusia, sebab tiap
kerja yang dilakukan setiap saat merupakan ukiran kearah terbentuk kepribadian
manusia. Amal saleh sebagai pengejawantahan iman, maka suatu pekerjaan yang
dilakukan harus memiliki orientasi nilai. Ini berarti sistem keimanan
teraktualisasi melalui kerja amal saleh, karena kerja semacam ini memilik
dimensi yang abadi. Karena dengan beriman memberikan kelapangan terhadap
penderitaan, memberikan kelapangan dalam beramal. Dengan demikian Iman dapat
membentuk kekuatan dalam diri manusia untuk dapat mengubah penderitaan menjadi
kebahagiaan, memberikan semangat kerja.
4. Kualitas Sosial
4. Kualitas Sosial
Manusia sebagai makhluk sosial berfungsi terhadap
masyarakatnya, artinya memiliki kemampuan untuk melakukan hubungan dengan orang
lain, Sifat sosial yang dimiliki manusia sesuai dengan fitrahnya, yaitu adanya
kesedian untuk melakukan interaksi dengan sesamanya. Djamaludin Ancok
[1998:13], juga mengatakan bahwa intelektual Kapital baru akan tumbuh bila
masing-masing orang berbagai wawasan. Untuk dapat berbagi wawasan orang harus
membangun jaringan hubungan sosial dengan orang lainnya. ... Semakin luas pergaulan
seseorang dan semakin luas jaringan hubungan sosial [social networking] semakin
tinggi nilai seseorang. "Kapital sosial dimanifestasikan pula dalam
kemampuan untuk bisa hidup dalam perbedaan dan menghargai perbedaan
[diversity]. Pengakuan dan penghargaan atas perbedaan adalah suatu syarat
tumbuhnya kreativitas dan sinergi. Kemampuan bergaul dengan orang yang berbeda,
dan menghargai dan memanfaatkan secara bersama perbedaan tersebut akan memberikan
kebaikan buat semua".
F. Struktur kepribadian manusia
Struktur
kepribadian merupakan unsur-unsur atau komponen yang membentuk diri seseorang
secara psikologis. Kunci utama untuk memahami manusia menurut paradigma
psikodinamika adalah mengenali semua sumber terjadinya perilaku, baik itu
berupa dorongan yang disadari maupun yang tidak disadari. Teori psikodinamika
ditemukan oleh Sigmund Freud (1856-1939). Dia memberi nama aliran psikologi
yang dia kembangkan sebagai psikoanalisis. Teori psikodinamika berkembang cepat
dan luas karena masyarakat luas terbiasa memandang gangguan tingkah laku
sebagai penyakit (Alwisol, 2005 : 3-4). Ada beberapa teori kepribadian yang
termasuk teori psikodinamika, yaitu : psikoanalisis, psikologi individual,
psikologi analitis, dan neo freudianisme.
Teori Psikoanalisis
Sebagai
aliran psikologi, psikoanalisis banyak berbicara mengenai kepribadian,
khususnya dari segi struktur, dinamika, dan perkembangannya.
1. Struktur Kepribadian
Menurut
Freud (Alwisol, 2005 : 17), kehidupan jiwa memiliki tiga tingkat kesadaran,
yaitu sadar (conscious), prasadar (preconscious), dan tak sadar (unconscious).
Baru pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yaitu
das Es, das Ich, dan das Ueber Ich. Struktur baru ini tidak mengganti struktur
lama, tetapi melengkapi gambaran mental terutama dalam fungsi dan tujuannya
(Awisol, 2005 : 17). Freud berpendapat bahwa kepribadian merupakan suatu system
yang terdiri dari 3 unsur, yaitu das Es, das Ich, dan das Ueber Ich.
Untuk
memudahkan pemahaman, id artinya nafsu atau dorongan-dorongan kenikmatan yang
harus dipuaskan, bersipat alamiah pada manusia. Ego sering saya analogikan
sebagai kemampuan otak atau akal yang membimbing manusia untuk mencari jalan
keluar terhadap masalah melalui penalarannya. Super Ego sering saya analogikan
sebagai norma, aturan, agama, norma sosial. Cara kerja masing-masing struktur
dalam pembentukan kepribadian adalah:
(1) Apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya,
(2) Apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
(1) Apabila rasa id-nya menguasai sebahagian besar energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak primitif, implusif dan agresif dan ia akan mengumbar impuls-impuls primitifnya,
(2) Apabila rasa ego-nya menguasai sebagian besar energi psikis itu, maka pribadinya bertindak dengan cara-cara yang realistik, logis, dan rasional, dan
(3) Apabila rasa super ego-nya menguasai sebagian besar
energi psikis itu, maka pribadinya akan bertindak pada hal-hal yang bersifat
moralitas, mengejar hal-hal yang sempurna yang kadang-kadang irrasional.
Jadi untuk lebih jelasnya sistem kerja ketiga struktur kepribadian manusia tersebut adalah:
Pertama, Id merupakan sistem kepribadian yang orisinil, dimana ketika manusia itu dilahirkan ia hanya memiliki Id saja, karena ia merupakan sumber utama dari energi psikis dan tempat timbulnya instink. Id tidak memiliki organisasi, buta, dan banyak tuntutan dengan selalu memaksakan kehendaknya. Aktivitas Id dikendalikan oleh prinsip kenikmatan dan proses primer. Id mulai berkembang pada usia bayi, bagian kepribadian yang paling primitif, dan sudah ada sejak lahir Aspek biologis dari kepribadian.Id terdiri dari dorongan (impuls) dasar : kebutuhan makan, minum, eliminasi, menghindari rasa sakit, memperoleh kenikmatan sosial. Id juga merupakan kondisi Unconsciousness, sumber energi psikis, system kepribadian yang dasar, terdapat naluri-naruli bawaan, berisi keinginan-keinginan yang belum tentu sesuai dengan norma. Id biasanya menuntut segera dipuaskan (the principles of constancy). Id akan Menjalankan fungsi tindakan refleks dan proses berpikir primer
Kedua, Ego
mengadakan kontak dengan dunia realitas yang ada di luar dirinya. Di sini ego
berperan sebagai “eksekutif” yang memerintah, mengatur dan mengendalikan
kepribadian, sehingga prosesnya persis seperti “polisi lalulintas” yang selalu
mengontrol jalannya id, super-ego dan dunia luar. Ia bertindak sebagai penengah
antara instink dengan dunia di sekelilingnya. Ego ini muncul disebabkan oleh
kebutuhan-kebutuhan dari suatu organisme, seperti manusia lapar butuh makan.
Jadi lapar adalah kerja Id, yang memutuskan untuk mencari dan mendapatkan serta
melaksanakan itu adalah kerja ego. sedangkan pertimbangan halal dan haram dalam
mencari makan adalaj kerja Super ego. Ego mulai berkembang usia 2-3 th. Ego
merupakan aspek psikologis kepribadian. Ego berada pada tingkat pra sadar. Ego
menjalankan fungsi dengan proses berpikir sekunder (rasional). Ego merupakan
hasil kontak individu dengan dunia luar/lingk (The realita of principles) dan
penengah tuntutan id dan superego.
ketiga,
superego adalah yang memegang keadilan atau sebagai filter dari kedua sistem
kepribadian, sehingga tahu benar-salah, baik-buruk, boleh-tidak dan sebagainya.
Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat. Super ego Mulai berkemb usia 4-6 tahun. Super Ego merupakan aspek sosiologis kepribadian, sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. Terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturanaturan dari significant others. Berfungsi dalam legislatif dan yudikatif. Super Ego juga terdiri dari : kata hati (nurani) & ego ideal. Fungsi utama:
1) pengendali id,
Di sini superego bertindak sebagai sesuatu yang ideal, yang sesuai dengan norma-norma moral masyarakat. Super ego Mulai berkemb usia 4-6 tahun. Super Ego merupakan aspek sosiologis kepribadian, sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan yang sifatnya evaluatif. Terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturanaturan dari significant others. Berfungsi dalam legislatif dan yudikatif. Super Ego juga terdiri dari : kata hati (nurani) & ego ideal. Fungsi utama:
1) pengendali id,
2) mengarahkan ego pada tujuan yang yang sesuai dengan moral
ketimbang kenyataan,
3) mendorong individu ke arah kesempurnaan.
Ketiga unsur kepribadian tersebut dengan berbagai dimensinya
disajikan dalam tabel berikut
Pandangan Freud terhadap Kesadaran dan ketidaksadaran
Pandangan Freud terhadap Kesadaran dan ketidaksadaran
Pemahaman
tentang kesadaran dan ketidaksadaran manusia merupakan salah satu sumbangan
terbesar dari pemikiran Freud. Menurutnya, kunci untuk memahami perilaku dan
problema kepribadian bermula dari hal tersebut. Ketidakasadaran itu tidak dapat
dikaji langsung, karena perilaku yang muncul itu merupakan konsekuensi
logisnya. Menurut Gerald Corey, bukti klinis untuk membenarkan alam
ketidaksadaran manusia dapat dilihat dari hal-hal berikut, seperti:
(1) Mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
(2) Salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,
(1) Mimpi; hal ini merupakan pantulan dari kebutuhan, keinginan dan konflik yang terjadi dalam diri,
(2) Salah ucap sesuatu; misalnya nama yang sudah dikenal sebelumnya,
(3) Sugesti pasca hipnotik,
(4) Materi yang berasal dari teknik asosiasi bebas, dan
(5) Materi yang berasal dari teknik proyeksi, serta isi simbolik
dari simptom psikotik.
Sedangkan
kesadaran itu merupakan suatu bagian terkecil atau tipis dari keseluruhan
pikiran manusia. Hal ini dapat diibaratkan seperti gunung es yang ada di bawah
permukaan laut, dimana bongkahan es itu lebih besar di dalam ketimbang yang
terlihat di permukaan. Demikianlah juga halnya dengan kepribadian manusia,
semua pengalaman dan memori yang tertekan akan dihimpun dalam alam
ketidaksadaran. Secara skematis alam bawah sadar dan alam sadar dapat
dibandingkan sebagai berikut :
Persepsi Freud tentang sifat manusia
Menurut
Sigmund Freud, perilaku manusia itu ditentukan oleh kekuatan irrasional yang
tidak disadari dari dorongan biologis dan dorongan naluri psikoseksual tertentu
pada masa enam tahun pertama dalam kehidupannya. Pandangan ini menunjukkan
bahwa aliran teori Freud tentang sifat manusia pada dasarnya adalah
deterministik. Namun demikian menurut Gerald Corey yang mengutip perkataan
Kovel, bahwa dengan tertumpu pada dialektika antara sadar dan tidak sadar,
determinisme yang telah dinyatakan pada aliran Freud luluh. Lebih jauh Kovel
menyatakan bahwa jalan pikiran itu adalah ditentukan, tetapi tidak linier.
Ajaran psikoanalisis menyatakan bahwa perilaku seseorang itu lebih rumit dari
pada apa yang dibayangkan pada orang tersebut. Di sini, Freud memberikan
indikasi bahwa tantangan terbesar yang dihadapi manusia adalah bagaimana
mengendalikan dorongan agresif itu. Bagi Sigmund Freud, rasa resah dan cemas
seseorang itu ada hubungannya dengan kenyataan bahwa mereka tahu umat manusia
itu akan punah. Kecemasan muncul karena adanya konflik antara id dengan super
ego.
G. Upaya dalam Menjadi manusia berkepribadian Unggul dan Berkualitas
Apabila
ditelusuri konsep-konsep tentang jati diri manusia yang dikemukakan, maka
pertanyaan bagaimanakah konsep manusia berkualitas Pertanyaan ini memang sangat
menarik dan menantang. Untuk menjawab pertanyaan ini terlebih dahulu mengkaji
beberapa pendapat dari tokoh-tokoh Psikologi tentang manusia berkualitas,
sebagai berikut :
(1) Karen Horney (1942, seorang ahli Psikologi), mengatakan
bahwa "manusia berkualitas adalah orang yang telah mampu menyeimbangkan
dorongan-dorongan dalam dirinya, sehingga mewujudkan tingkahlaku yang harmonis.
Ia mampu berhubungan dengan lingkungannya, mampu menciptakan suasana aman dan
harmonis. Ia tidak agresif, tidak mengasingkan diri dari lingkungannya, dan
hidupnya tidak pula bergantung pada orang lain".
(2) Gordon Allport (1964), "manusia berkualitas dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya, menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".
(3) Jourard (1980), "manusia berkualitas adalah manusia sehat yang memiliki cirri :
(2) Gordon Allport (1964), "manusia berkualitas dipandang sebagai orang yang telah menunjukkan kemampuan untuk memperluas lingkungan hidupnya, menghayati situasi untuk dapat berkomunikasi dengan hangat, menerima dirinya sebagaimana adanya, mempersepsi lingkungan secara realistik, memandang dirinya secara obyektif, serta berpegang pada pandangan hidup secara utuh. Ciri-ciri ini dimiliki oleh manusia yang telah matang (mature)".
(3) Jourard (1980), "manusia berkualitas adalah manusia sehat yang memiliki cirri :
(a) membuka diri untuk menerima
gagasan orang lain;
(b) peduli terhadap dirinya, sesamanya serta lingkungannya;
(c) kreatif;
(d) mampu bekerja yang memberikan hasil (produktif); dan
(e) mampu bercinta".
(4) Thomas J. Peters dan Robert H.Waterman, "menamakan manusia berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut :
(a) memeiliki kegemaran untuk selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya;
(b) menampilkan hubungan yang erat dengan para rekannya;
(c) bersifat otonom dan memperlihatkan kewiraswastaan;
(d) membina kesadaran bahawannya untuk menampilkan upaya terbaik;
(e) memandang penting keuletan dalam menjalankan usaha;
(g) menempatkan orang secara proporsional; dan
(h) menggunakan prinsip pengawasan yang lentur (longgar tapi ketat)".
(b) peduli terhadap dirinya, sesamanya serta lingkungannya;
(c) kreatif;
(d) mampu bekerja yang memberikan hasil (produktif); dan
(e) mampu bercinta".
(4) Thomas J. Peters dan Robert H.Waterman, "menamakan manusia berkualitas dilihat dari keberhasilan menjalankan usaha, adalah orang yang menampilkan ciri-ciri sebagai berikut :
(a) memeiliki kegemaran untuk selalu berbuat sesuatu, dari pada banyak bertanya;
(b) menampilkan hubungan yang erat dengan para rekannya;
(c) bersifat otonom dan memperlihatkan kewiraswastaan;
(d) membina kesadaran bahawannya untuk menampilkan upaya terbaik;
(e) memandang penting keuletan dalam menjalankan usaha;
(g) menempatkan orang secara proporsional; dan
(h) menggunakan prinsip pengawasan yang lentur (longgar tapi ketat)".
Masih banyak tokoh lain yang telah mencoba merumuskan karakteristik manusia berkualitas, berdasarkan sudut pandang yang berbeda. Manusia berkualitas itu antara lain dinamakan sebagai integrated personality, healthy personality, normal personality, dan productive personality [M.D.Dahlan, 1990 : 2-3]. Lebih jauh lagi ditemukan penamaan manusia berkualitas itu sebagai insan kamil, manusia yang seutuhnya, sempurna, manusia [insane] kaffah, manusia yang hanief.
Banyak
istilah yang digunakan al-Qur'an dalam menggambarkan manusia berkualitas atau
makhluk yang diciptakan Allah dalam sosok yang paling canggih, di antaranya
kata manusia beriman [al-Hujarat (49 : 14, dll] dan beramal saleh (QS. at-Tiin
(95) : 6, dll), diberi Ilmu (al-Isra (17) : 85, Mujadalah : 11, Fathir : 28,
dll), alim (al-Ankabut (29) : 43, dll), berakal (al-Mulk (67) : 10, dll),
manusia sebagai khalifah (QS.al-Baqarah (2) : 30,dll), jiwa yang tenang (QS.
al-Fajr (89) : 27-28, dll), hati yang tenteram (al-Ra'd (30) : 28, dll), kaffah
(al-Baqarah (2) : 208, dll), muttaqin (al-Baqarah (2) : 2, dll), taqwa
(al-Baqarah (2) : 183, dll), mu'minin, muhsinin, syakirin, muflihin, shalihin,
yang kemudian diberi keterangan untuk mendeskripsikan ciri-cirinya.
Istilah-istilah tersebut saling berkaitan dan saling menerangkan. Jadi, apabila
mengambil salah satu istilah dari istilah-istilah yang digunakan al-Qur'an,
maka deskripsinya akan saling melengkapi dan merupakan ciri bagi yang lainnya.
Dapat dikatakan bahwa konsep dan karakteristik manusia berkualitas tidak
tunggal, akan tetapi komprehensif dan saling melengkapi.
"Jelaslah bahwa manusia berkualitas hendaknya menampilkan ciri sebagai hamba Alla yang beriman, sehingga hanya kepada Allah ia bermunajah, serta memberikan manfaat bagi sesamanya. Sekirannya lebih dalam ditelusuri, kedua ciri utama itu kita dapatkan pada manusia taqwa, sehingga manusia berkualitas dapat pula diartikan sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa" [M.D.Dahlan,1990:7]. Artinya manusia yang berperilakutawakkal, pemaaf, sabar, muhsin, mau bersyukur, berusaha meningkatan kualitas amalnya dan mengajak manusia lain untuk beramal. Untuk itu, keutamaan manusia berpangkal pada adanya iman kepada Allah dan keimannya diwujudkan dalam perilaku yang memberi manfaat bagi masyarakat, berilmu pengetahuan, dan beramal saleh.
"Jelaslah bahwa manusia berkualitas hendaknya menampilkan ciri sebagai hamba Alla yang beriman, sehingga hanya kepada Allah ia bermunajah, serta memberikan manfaat bagi sesamanya. Sekirannya lebih dalam ditelusuri, kedua ciri utama itu kita dapatkan pada manusia taqwa, sehingga manusia berkualitas dapat pula diartikan sebagai manusia yang beriman dan bertaqwa" [M.D.Dahlan,1990:7]. Artinya manusia yang berperilakutawakkal, pemaaf, sabar, muhsin, mau bersyukur, berusaha meningkatan kualitas amalnya dan mengajak manusia lain untuk beramal. Untuk itu, keutamaan manusia berpangkal pada adanya iman kepada Allah dan keimannya diwujudkan dalam perilaku yang memberi manfaat bagi masyarakat, berilmu pengetahuan, dan beramal saleh.
Konsep diri
merupakan faktor penting didalam berinteraksi. Hal ini disebabkan oleh setiap
individu dalam bertingkah laku sedapat mungkin disesuaikan dengan konsep diri.
Kemampuan manusia bila dibandingkan dengan mahluk lain adalah lebih mampu
menyadari siapa dirinya, mengobservasi diri dalam setiap tindakan serta mampu
mengevaluasi setiap tindakan sehingga mengerti dan memahami tingkah laku yang
dapat diterima oleh lingkungan. Dengan demikian manusia memiliki kecenderungan
untuk menetapkan nilai-nilai pada saat mempersepsi sesuatu. Setiap individu
dapat saja menyadari keadaannya atau identitas yang dimilikinya akan tetapi
yang lebih penting adalah menyadari seberapa baik atau buruk keadaan yang
dimiliki serta bagaimana harus bersikap terhadap keadaan tersebut. Tingkah laku
individu sangat bergantung pada kualitas konsep dirinya yaitu konsep diri
positif atau konsep diri negatif.
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
Menurut Brooks dan Emmart (1976), orang yang memiliki konsep diri positif menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(a) Merasa mampu mengatasi masalah. Pemahaman diri terhadap
kemampuan subyektif untuk mengatasi persoalan-persoalan obyektif yang dihadapi.
(b) Merasa setara dengan orang lain. Pemahaman bahwa manusia
dilahirkan tidak dengan membawa pengetahuan dan kekayaan. Pengetahuan dan
kekayaan didapatkan dari proses belajar dan bekerja sepanjang hidup. Pemahaman
tersebut menyebabkan individu tidak merasa lebih atau kurang terhadap orang
lain.
(c) Menerima pujian tanpa rasa malu. Pemahaman terhadap pujian,
atau penghargaan layak diberikan terhadap individu berdasarkan dari hasil apa
yang telah dikerjakan sebelumnya.
(d) Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
(d) Merasa mampu memperbaiki diri. Kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk memperbaiki perilaku yang dianggap kurang.
Sedangkan orang yang memiliki konsep diri yang negatif
menunjukkan karakteristik sebagai berikut:
(a) Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
(a) Peka terhadap kritik. Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagai proses refleksi diri.
(b) Bersikap responsif terhadap pujian. Bersikap yang
berlebihan terhadap tindakan yang telah dilakukan, sehingga merasa segala
tindakannya perlu mendapat penghargaan.
(c) Cenderung merasa tidak disukai orang lain. Perasaan subyektif
bahwa setiap orang lain disekitarnya memandang dirinya dengan negatif.
(d) Mempunyai sikap hiperkritik. Suka melakukan kritik
negatif secara berlebihan terhadap orang lain.
(e) Mengalami hambatan dalam interaksi dengan lingkungan
sosialnya. Merasa kurang mampu dalam berinteraksi dengan orang-orang lain.
H. Tes – Tes dalam menentukan Kepribadian
Kepribadian manusia selalu menjadi tema yang menarik untuk
dicari tahu, apalagi kepribadian kita sendiri. Rasa ingin tahu tersebutlah yang
lantas membuat banyak orang pergi ke psikolog untuk menjalani tes-tes
kepribadian. Semua ini dilakukan demi mengetahui “seperti apa sesungguhnya diri
kita ini?”
Selain dengan mengikuti tes-tes psikologi, ada satu metode
yang bisa digunakan untuk mengetahui kepribadian yaitu menggunakan enneagram.
Enneagram diartikan sebagai “sebuah gambar bertitik sembilan”.
Metode ini dikabarkan telah ada sejak ratusan tahun yang
lalu dan diajarkan secara lisan dalam suatu kelompok sufi di Timur Tengah,
hingga akhirnya mulai berkembang di Amerika Serikat sekitar tahun 1960-an.
Kepribadian manusia dalam sistem enneagram, terbagi menjadi 9 tipe. Renee Baron
dan Elizabeth Wagele, lewat buku yang berjudul enneagram, berusaha untuk
menjelaskan kesembilan tipe tersebut agar lebih mudah dimengerti.
Sembilan Tipe Kepribadian Manusia. Kesembilan tipe
kepribadian tersebut adalah :
Tipe 1 Perfeksionis
Orang dengan tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk hidup
dengan benar, memperbaiki diri sendiri dan orang lain dan menghindari marah.
Tipe 2 Penolong
Tipe kedua dimotivasi oleh kebutuhan untuk dicintai dan
dihargai, mengekspresikan perasaan positif pada orang lain, dan menghindari
kesan membutuhkan.
Tipe 3 Pengejar Prestasi
Para pengejar prestasi termotivasi oleh kebutuhan untuk
menjadi orang yang produktif, meraih kesuksesan, dan terhindar dari kegagalan.
Tipe 4 Romantis
Orang tipe romantis termotivasi oleh kebutuhan untuk
memahami perasaan diri sendiri serta dipahami orang lain, menemukan makna
hidup, dan menghindari citra diri yang biasa-biasa saja.
Tipe 5 Pengamat
Tipe 5 Pengamat
Orang tipe ini termotivasi oleh kebutuhan untuk mengetahui
segala sesuatu dan alam semesta, merasa cukup dengan diri sendiri dan menjaga
jarak, serta menghindari kesan bodoh atau tidak memiliki jawaban.
Tipe 6 Pencemas
Orang tipe 6 termotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan
persetujuan, merasa diperhatikan, dan terhindar dari kesan pemberontak.
Tipe 7 Petualang
Tipe 7 termotivasi oleh kebutuhan untuk merasa bahagia serta
merencanakan hal-hal menyenangkan, memberi sumbangsih pada dunia, dan terhindar
dari derita dan dukacita.
Tipe 8 Pejuang
Tipe pejuang termotivasi oleh kebutuhan untuk dapat
mengandalkan diri sendiri, kuat, memberi pengaruh pada dunia, dan terhindar dari
kesan lemah.
Tipe 9 Pendamai
Para pendamai dimotivasi oleh kebutuhan untuk menjaga
kedamaian, menyatu dengan orang lain dan menghindari konflik.
I. Analisis
Pembicaraan tentang manusia, merupakan kunci yang paling
strategis dalam upaya membangun menuju masyarakat madani. Maka harus dapat
melihat kedudukan kepribadian manusia sebagai subjek didik yang memiliki
potensi untuk diberdayakan dan dikembangkan. Artinya pendidikan merupakan
proses humanisasi dengan menghargai segala potensi yang dimiliki manusia.
Proses humanisasi dalam pendidikan, dimaksudkan sebagai upaya megembangkan
manusia sebagai makhluk hidup yang tumbuh dan berkembang dengan segala potensi
[fitrah] yang ada padanya. Manusia dapat dibesarkan [potensi jasmania] dan
diberdayakan [potensi rohaniah] agar dapat berdiri sendiri serta dapat memenuhi
kebutuhan hidupnya.
Dalam al-Qur’an, manusia dianggap sebagai makhluk yang
memiliki potensi yang tidak terbatas, sebagai makhluk Allah yang paling
sempurna [QS. 32: 7], memiliki potensi [fitrah] bawaan [QS.30:30] yang tidak
terbatas, dapat diberdayakan, dapat dididik dan mendidik [melakukan proses
mengajar] sehingga manusia menjadi makhluk terdidik dan unggul dalam
kehidupnya.
Untuk itu penulis dapat menyimpulkan sebgaai berikut:
Untuk itu penulis dapat menyimpulkan sebgaai berikut:
1. Psikologi kepribadian betujuan untuk mengenal sesama
manusia baik sifatnya maupun tipe kepribadian masing-masing.
2. Saling berhubungan antara konstitusi dan temperament baik
jasmani maupun spkiatris
3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.
3. Mengikis dorongan keakuran dan mengembangkan dorongan kecenderungan egoistis yang tersembunyi untuk kemudian memberantasnya.
Keberadaan seorang manusia di dunia tidak dapat dipisahkan
dari dunia itu sendiri, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut sesuai dengan
konsep yang diberikan oleh Heidegger (dalam Hall&Lindsey, 1985), yang ia
sebut Dasein, yaitu keseluruhan dari keberadaan manusia di dunia. Dasein, yang
juga dikenal dengan istilah being-in-the-world dan merupakan konsep dasar dari
psikologi eksistensi, bukanlah atribut atau bagian dari seseorang, melainkan
keseluruhan dari keberadaan orang tersebut (Hall&Lindsey, 1985).
Being-in-the-world menyatakan bahwa seorang individu dan lingkungannya adalah
dua hal yang tidak terpisahkan. Selain itu being-in-the-world juga menjelaskan
cara atau tingkah laku seseorang dalam tetap “berada” di dunia, dengan
menggunakan tiga world-regions, yaitu umwelt, mitwelt, dan eigenwelt.
Sebagai
seorang manusia biasa, yang bertumbuh dan berkembang, maka kepribadian saya
juga dipengaruhi oleh tiga hal di atas, Umwelt, yaitu lingkungan sekitar, dapat
tercermin dari pola asuh keluarga, lingkungan pendidikan, dan lingkungan tempat
tinggal. Mitwelt adalah hubungan interpersonal seseorang dengan orang lain,
sedangkan Eigenwelt adalah cara pandang kita terhadap diri sendiri baik segi
psikologis (though-world), maupun segi fisik (body-world).
Potensi-potensi yang terdapat dalam seorang individu dapat diaktualisasikan dengan tetap memperhatikan batasan-batasan, atau oleh Hall&Lindsey, 1985, disebut ground of existence. Batasan-batasan tersebut antara lain adalah keterbatasan fisik dan mental seseorang, pola asuh orang tua, posisi sosial keluarga, dan lain-lain.
Potensi-potensi yang terdapat dalam seorang individu dapat diaktualisasikan dengan tetap memperhatikan batasan-batasan, atau oleh Hall&Lindsey, 1985, disebut ground of existence. Batasan-batasan tersebut antara lain adalah keterbatasan fisik dan mental seseorang, pola asuh orang tua, posisi sosial keluarga, dan lain-lain.
Daftar Pustaka
1. Brooks, W.D., Emmert, P.
Interpersonal Community. Iowa. Brow Company Publisher. 1976
2. www.find.pdf.psikologikepribadian.com
3. www.find.pdf.kepribadian.com
4. www.find.pdf.konsepmanusiaberkualitasmenurutalquran.com
5. Ramadahani,Ary Verdi.(2008).Analisa kepribadian diri sendiri. Di undah dari www.verdyjurnals.blogspot.com pada tanggal 8 Mei 2010
6. www.google.mengenal9kepribadianmanusia.com
7. Tavris,Carol & Carol Wade.(2007).Phscology,9th edition. Jakarta: Pt. Gelora Aksara Pratama
8. Sapuri,Rafy(2009).Psikologi Islam. Jakarta : Pt. Rajawali Pres
9. Asra, Yulita Kurniawati.(2008).Psikologi Kepribadian I. Pekanbaru: Pt. Al-Mujtahadah
2. www.find.pdf.psikologikepribadian.com
3. www.find.pdf.kepribadian.com
4. www.find.pdf.konsepmanusiaberkualitasmenurutalquran.com
5. Ramadahani,Ary Verdi.(2008).Analisa kepribadian diri sendiri. Di undah dari www.verdyjurnals.blogspot.com pada tanggal 8 Mei 2010
6. www.google.mengenal9kepribadianmanusia.com
7. Tavris,Carol & Carol Wade.(2007).Phscology,9th edition. Jakarta: Pt. Gelora Aksara Pratama
8. Sapuri,Rafy(2009).Psikologi Islam. Jakarta : Pt. Rajawali Pres
9. Asra, Yulita Kurniawati.(2008).Psikologi Kepribadian I. Pekanbaru: Pt. Al-Mujtahadah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar